Senin, 24 Desember 2018

TIPS PENGAMBILAN GAMBAR BAHAN BONSAI UNTUK PEMBUATAN SKETSA

TIPS PENGAMBILAN GAMBAR BAHAN BONSAI UNTUK PEMBUATAN SKETSA

Perlu teknik yang tepat dalam pengambilan gambar atau foto bahan bonsai untuk keperluan pembuatan sketsa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rakka Still'Alone, admin grup Cara Membuat Bonsai dari Nol (CMBN). Rakka menyampaikan beberapa tips pengambilan foto sebagai berikut:
  1. Pruning atau buang daun tua pada bahan yang difoto dan akan dibuatkan sketsa, hal tersebut karena dapat menghalangi titik tumbuh ranting calon dahannya.
  2. Pengambilan gambar/foto dari empat arah, agar memudahkan penentuan tampak depan/front atau sisi viewing anglenya.
  3. Pengambilan gambar membelakangi cahaya agar hasilnya terang dan tidak buram.
  4. Sebaiknya, pengambilan gambar menggunakan latar warna gelap, agar seluruh bagian pohon hingga ranting terlihat jelas.
  5. Saat pengambilan gambar, posisi kamera sama tinggi dengan objek dan sejajar dengan mata kita, agar foto bahan kelihatan bagus dan seimbang jika dilihat dari depan.

Demikian tips pengambilan gambar/foto menurut Rakka Still'alone, semoga bermanfaat.

Penulis: Sriady Faisal, S. Pd
Narasumber: Rakka Still'Alone

TEKNIK DASAR PENANGANAN PERTUMBUHAN TANAMAN BONSAI

TEKNIK DASAR PENANGANAN PERTUMBUHAN TANAMAN BONSAI

Menurut Abd. Alan, salah seorang anggota grup Cara Membuat Bonsai dari Nol (CMBN), tips pembuatan bonsai terbilang mudah jika kita mengetahui tekhnik program yang dijalani yaitu, dengan cara rutin - rutin memangkasnya dan tentunya tidak melewatkan program anatomi pohon.

Tekhnik untuk membesarkan batang yaitu dengan cara melindungi pucuknya/kuncup agar tidak terpangkas, sehingga akan terus menerus berkembang, karena jika sudah terpotong pertumbuhannya sudah terhenti dan dilanjutkan pertumbuhan pada cabang yang akan membesar.

Adapun cara untuk memperbaiki yaitu, dengan menggantikan batang utama dengan cabang. Dengan cara memangkas batang utama sampai dengan cabang yang akan kita gantikan sebagai batang utama. Bila besar sudah sesuai dengan kemauan kita, kita bisa memangkasnya untuk program 1, 2, 3 berikutnya.

Standart ukuran penjurian dan ukuran anatomi pohon yaitu, besaran diameter pangkal batang 1/5 ukuran panjang pohon dan diameter 2/3 untuk cabang dari dimensi letak dimana cabang tumbuh pada dimensi batang, sedangkan bentuk atau arah tidak mengharuskan pada arah tertentu.

Selama pengarahan cabang yang belum terpotong kuncupnya sangat disarankan pembentukan menggunakan kawat atau tali rafia secara berkala dan kontinu dilakukan, dikarenakan pertumbuhan pohon keatas, jika belum terpotong tetapi anda sudah menghentikan proses pembentukan objek tersebut pasti akan berubah arah menuju keatas mengikuti arah datangnya cahaya. Tekhnik ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat bantu kawat maupun clip and grow (pembentukan dengan tunas baru yg tumbuh sesuai arah yg nantinya akan kita kehendaki).

Selama program/belum sepenuhnya jadi alangkah baiknya menerapkan sistem ground (ditanam dilahan bebas tanpa pot) untuk mempercepat pertumbuhan yang singkat, hal ini juga sangat efektif untuk pembentukan/programan di tempat dikarenakan pertumbuhan dengan menggunakan tekhnik ground ini terbilang cepat pertumbuhan dan besaran, tetapi anda boleh saja untuk pembesaran dengan menggunakan pot/wadah yang besar.

Namun jika ingin tetap menggunakan pot pendek/pot ceper, dengan cara pemotongan akar tunggang dan menyisakan sedikit akar halus/serabut kemudian pangkas daun dan sisakan sedikit daun guna sebagai pemasok pakan untuk pertumbuhan akar dan tunas lainnya, taruh pada pot dengan media sesuai keinginan anda tetapi jangan terlebih dahulu terkena matahari langsung, cukup dengan menaruhnya pada tempat teduh sampai pohon kuat untuk dipindah ditempat sinar matahari langsung


Narasumber : Abd. Alan
Penulis: Sriady Faisal, S. Pd
Postingan Grup CMBN

Sabtu, 15 Desember 2018

KRITERIA PENILAIAN KONTES BONSAI

Dikutip dari postingan Rahmat Fajar Sidiq, tentang kriteria penilaian kontes bonsai PPBI, yang bersumber dari buku Panduan Penjurian dalam Nominasi Bonsai , berikut ini dijelaskan unsur-unsur yang termasuk dalam kriteria penilaian antara lain:
A. PENAMPILAN
1. Keseimbangan Optik
Keseimbangan optik lebih mengutamakan atau menitikberatkan pada pengolahan rasa dan hal-hal yang tersirat.
2. Realitas Alam
Materi yang berkaitan dengan proses alam,  diolah dengan cermat dan tidak meninggalkan bekas rekayasa campur tangan manusia
3. Penjiwaan (Pesan dan Kesan)
Menampilkan sebuah karya yang berkarakter dengan kekuatan garis tersendiri atau memiliki ciri khas.
B. GERAK DASAR AKAR DAN BATANG
1. Gaya
Menilai bonsai menurut gaya yang sesuai dengan kriterianya.
2. Karakter
Setiap jenis tanaman memiliki karakter yang berbeda satu sama lainnya, hal ini terlihat dari ciri fisik anatominya.
3. Alur Gerak
Alur gerak yang terdapat di seluruh anatomi, mulai dari akar hingga mahkota, juga keharmonisan bagi tanaman yang berbatang lebih dari satu.
C. KESERASIAN
1. Kesehatan
Tanaman tampak sehat menurut ilmu pertanian secara ilmiah.
2. Peletakan Wadah/ Pot
a. Perspektif 
yaitu fenomena jarak pandang terhadap suatu objek.
b. Proporsi
Yaitu tata ukuran besar, bentuk, dan peletakan dalam pot
c. Harmoni
Yaitu tata keindahan hasil penggabungan dari beberapa komponen menjadi satu kesatuan.
3. Kesan Tua
Penampilan karakter  dari tekstur kulit, atau kayu disertai struktur anatomi, sesuai rentang perjalanan hidupnya dengan warna alami.
D. KEMATANGAN CABANG, RANTING DAN DAUN
1. Tahapan
Tahapan perjalanan hidup bonsai antara lain:
a. Tahapan Bayi (akar dan batang)
b. Tahapan Anak (akar, batang, dan cabang)
c. Tahapan Remaja (akar, batang, cabang, dan ranting)
d. Tahapan Dewasa (akar, batang, cabang, ranting, dan anak ranting)
e. Tahapan Tua (akar, batang, cabang, ranting, anak ranting, cucu ranting, dst)
2. Keseimbangan Anatomi
Semakin tua bonsainya, maka ukuran diameter dan keberadaan anatominya semakin seimbang dan bertambah lengkap
3. Dimensi
Yaitu ukuran ruang bonsai berupa karya tiga dimensi yang menempati ruang dalam tiga orientasi.
4. Komposisi
Tata letak yang membentuk kesatuan yang harmonis, termasuk ukuran besarnya.
Demikian ulasan yang dikutip dari Buku Panduan Penjurian dalam nominasi Bonsai tentang unsur-unsur yang menjadi kriteria penilaian, semoga bermanfaat.



Penulis: Sriady Faisal, S. Pd
Narasumber: Rahmat Fajar Sidiq
Buku Rujukan: Panduan Penjurian dalam Nominasi Bonsai oleh PPBI.

Sabtu, 08 Desember 2018

PROGRAM AKAR BAHAN BONSAI DENGAN METODE CANGKOK SUSU

Untuk menyiasati bahan bonsai yang kurang proporsional terutama pada bagian akar, maka dapat dilakukan dengan metode cangkok susu agar membentuk karakter akar dan batang. Hal ini sesuai dengan pendapat Endang Rhiver Poenix Priana, salah seorang anggota grup FB Cara Membuat Bonsai dari Nol (CMBN).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
  1. Pilih bahan bonsai yang kurang proporsional perakarannya kemudian cangkok susu dengan bahan sejenis yang sudah berakar, selanjutnya tempelkan keliling pada batang utama. Sebelum ditempel, batang utama dan bahan tempelan dikupas terlebih dahulu kulitnya untuk memudahkan proses penyatuan. selanjutnya ikat dengan tali plastik, lalu simpan di tempat teduh.  
  2. Dalam kurun waktu sekitar 3 atau 4 bulan, Periksa kembali proses penyatuannya,  dan apabila telah menyatu, maka media bisa dilepas dari pohon tempelan.
  3. Tahap berikutnya periksa akar batang utama,  repotting akar atau seleksi sebagian akar yang kurang bagus. Potong akar tunggang batang utama agar tampilannya selaras dengan hasil tempel susu.
  4. Setelah dirasa cukup,  selanjutnya proses penyuburan/grounding sekitar 2-4 tahun.
Langkah-langkah tersebut di atas, dapat diamati pada gambar berikut:





Demikian artikel  program akar  bahan bonsai dengan teknik cangkok susu, semoga bermanfaat. 

Penulis: Sriady Faisal, S. Pd
Narasumber: Endang River Phoenix Priana

Minggu, 28 Oktober 2018

CARA MERANGSANG PERTUMBUHAN TUNAS PADA BAHAN BONSAI

CARA MERANGSANG PERTUMBUHAN TUNAS PADA BAHAN BONSAI

Seringkali bahan bonsai mengalami pertumbuhan tunas yang tidak mendukung porsi dan proporsi percabangan sehingga performanya tampak kurang seimbang. Untuk menyiasati hal tersebut, terdapat beberapa alternatif penanganan sebagai berikut:
1.  Teknik sambung sisip
Menurut Ayim, Teknik ini dapat dilakukan pada bahan seperti jenis ficus, anting putri, sancang, hokiantea.
Sebagai contoh dapat diamati pada gambar berikut:

Sambung Sisip Ficus Benjamina.   (Bahan sriady faisal)

Jumat, 25 Mei 2018

Tanya Jawab tentang Porsi dan Proporsi Percabangan Bonsai

 Edisi diskusi kelas malam yang diselenggarakan oleh Komunitas Belajar Bonsai Indonesia dengan Narasumber Utama Syamsul Muarief atau Mas Arief Wedang Uwuh Angkringan, telah menjawab seputar pertanyaan tentang porsi dan proporsi percabangan bonsai. 
     Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "porsi" berarti bagian sementara kata "proporsi" berarti perbandingan. Sehingga dapat diartikan bahwa porsi dan proporsi percabangan bonsai adalah cara menentukan bagian-bagian percabangan pada garis gerak dasar batang pohon dengan memperhatikan perbandingan jarak, panjang pendek, besar kecilnya ukuran, serta titik letak cabang yang sesuai.
   Pada ulasan tersebut, Syamsul Muarief menyajikan beberapa sampel gambar gerak dasar pohon yang tegak informal/ melengkung atau moyogi. Selanjutnya menghubungkan dengan teknik  materi porsi dan proporsi percabangan bonsai sebagai berikut:
                               Gambar 1

                               Gambar 2
                                 Gambar 3
      Dari materi bergambar yang disajikan  dalam diskusi kelas malam, terdapat beberapa pertanyaan tentang esensi porsi dan proporsi percabangan dari anggota KBBI antara lain:
Pertama:
Apakah pada gerak dasar pohon melengkung/ moyogi atau tegak informal, percabangan juga seirama bergaris melengkung?
Jawaban: Pada garis batang moyogi, sebagaimana terlihat pada gambar 1 percabangan mutlak seirama harus melengkung. Proses pembentukan garis batang dan cabang disebabkan karena faktor estetika alam, paparan sinar matahari, angin, air yang mendukung. Tidak elok jika menggabungkan berbagai macam garis. Oleh karena itu, harus seirama dan konsisten antara garis gerak batang dan percabangan.
Kedua:
Apakah penentuan titik, panjang pendek, besar dan jarak antar cabang ada standar bakunya?
Jawaban: Sebagaimana terlihat pada gambar 2, penentuan titik cabang pertama terletak di kiri karena gerak garis batang melengkung ke kanan tujuannya untuk keseimbangan. Letak cabang kedua dikiri saling berselang seling tidak sejajar dengan cabang pertama. Sementara cabang ketiga mutlak ditempatkan di belakang garis batang untuk mengisi kekosongan ruang.
Ukuran panjang pendek cabang harus proporsional dengan perbandingan 1/3 dari diameter pangkal cabang yang melekat pada batang. Ukuran besar cabang idealnya berurutan antara cabang 1, 2, 3 dan seterusnya, dimana cabang 1 ukurannya lebih besar.
Ukuran jarak antar cabang semakin ke atas semakin merapat. Hal tersebut karena makanan hasil fotosintesis berkumpul pada bagian puncak atau apec pohon.
Selanjutnya berdasarkan ulasan tambahan dari Fajar Sidiq, untuk membentuk proporsi ukuran percabangan maka digunakan teknik "los" dalam artian tidak melakukan wiring/pengawatan pada cabang yang ukurannya masih kecil.
Ketiga:
Bagaimana proporsi jumlah cabang,  anak cabang, ranting dan anak ranting?
Jawaban: berawal dari selektif pemilihan bahan yang recommended artinya bahan yang memiliki potensi percabangan,  anak cabang dan ranting yang cukup. Jumlah cabang, anak cabang, ranting, anak ranting pada sebuah bahan bonsai menunjukkan fase perjalanan hidupnya. Ada empat tahapan perjalanan hidup bonsai meliputi: tahap bayi meliputi akar dan batang, tahap anak meliputi akar, batang dan cabang, tahap remaja meliputi tahap akar, batang, cabang, anak cabang, dan ranting, terakhir tahap tua meliputi akar, batang, cabang, anak cabang, ranting, anak ranting dan beberapa bagian lainnya porsinya sudah lengkap dan proporsional.
Keempat:
Apakah ukuran proporsi cabang berdasarkan ukuran batang utamanya?
Jawaban: Ukuran proporsional berdasarkan perbandingan 1/3. Sebagai contoh jika ukuran batang sebesar paha maka ukuran cabang setidaknya sebesar lengan. Sebagai contoh ukuran porsi dan  proporsi cabang pada gambar asam manis/asam  Thailand berikut:
                             Gambar 4
Kelima:
Bagaimana menyiasati kekosongan cabang atau pertumbuhan cabang yang tidak semestinya?
Jawaban: Untuk menyiasati kekosongan cabang dengan teknik tempel atau okulasi. Pertumbuhan cabang yang tidak semestinya boleh diteknisi dengan cara menarik cabang terdekat sepanjang masih wajar artinya masih bisa diterima sesuai estetika alamnya.
Keenam: Untuk gaya formal apakah cabang paling atas tetap dibuat tegak?dan untuk gaya cascade apakah mengharuskan percabangan difokuskan hanya di bagian ujung saja?
Jawaban: Tumbuhnya cabang dan ranting selalu mengarah ke atas, mengejar paparan sinar matahari. Apapun gaya bonsai yang dipilih, selalu acuannya berpedoman pada pohon berbatang tegak.
Ketujuh:
Bagaimana menyiasati cabang yang tumbuh tampak sejajar pada batang, seperti pada gambar berikut?
Jawaban: Bahan asli sebelum di lakukan pengawatan, memang sejajar. Apabila menemukan bahan dengan kondisi seperti gambar, maka cukup memaksimalkan saja, dengan menaikkan cabangnya 2 cm ke atas agar terlihat ada jarak seperti pada gambar berikut:
Kedelapan:
Bagaimana penempatan titik cabang pada pohon dengan gerak dasar batang moyogi?
Jawaban: Apabila batang utama melengkung ke kanan maka cabang pertama harus di sebelah kiri, kedua di kanan ketiga di belakang. Apabila batang utama melengkung ke kiri maka cabang pertama di kanan, kedua di kiri dan ketiga di belakang. Cabang selanjutnya diatur zig zag hingga ke apec pohon, seperti gambar berikut:
Kesembilan:
Bagaimana menghindari mati cabang dan tidak tumbuh tunas baru pada saat pemotongan/memperpendek?
Jawaban: Yang terpenting memperhatikan kondisi kesuburan tanaman tersebut, dan alat yang digunakan benar-benar steril, Penggunaan lem kambium atau obat Jin diperlukan untuk meminimalisir pembusukan pada luka bekas potongan.
    Demikian seputar materi dan tanya jawab tentang porsi dan proporsi percabangan oleh Syamsul Muarief, semoga bermanfaat.
Penulis: Sriady Faisal
Moderator: Iyan Sastro Bonsai Art, Mas Marulli, Mas Baidowi, Mas Eko Salyanto, Akank Umbaran.
Narasumber:
1. Syamsul Muarief (Mas Arief Wedang
    Uwuh Angkringan)
2. Fajar Sidiq

Jumat, 11 Mei 2018

Teknik Program Bahan Bonsai dengan Cangkok durasi 5 (Lima Tahun)

      Bahan bonsai yang diperoleh melalui perkembangbiakan vegetatif dengan cara teknik cangkok, dapat dilakukan sekaligus bersamaan dengan proses training bahan. Namun membutuhkan durasi waktu kurang lebih selama 5 (tahun). Hal ini sesuai dengan keterangan hasil wawancara dengan Mas Arief Wedang Uwuh Angkringan atau Syamsul Muarief. Berikut kami sajikan foto cuplikan hasil dialog:


         Demikian proses program training bahan bonsai melalui teknik cangkok selama 5 (lima) tahun. Semoga bermanfaat.
(SF)
Sumber: Syamsul Muarief. 11 Mei 2018. Wawancara/Diskusi Mesenger.

Kamis, 10 Mei 2018

PENGENALAN JENIS BAHAN BONSAI EDISI KEDUA

     Pada edisi pertama telah dijelaskan 35 jenis tanaman bahan bonsai yang recommended. Selanjutnya untuk edisi kedua kembali disajika tentang bahan bonsai yang dilengkapi gambar, identitas nasional, dan nama latin  sebagai berikut:
1. AZALEA (RHODODENDRON SP.)
2. KI BESI (RHODAMNIA CINNEREA JACK)
3. WARENG (GMELINA ELLIPTICA)

4. RED IXORRA/ASOKA MERAH/ FLAME OF 
    THE WOODS (SARACCA IXXORA)
5. ASAM BELANDA/ ASAM LONDO/ ASAM
   RANJI/KRANJI (PITHECELOBIUM DEULCE)
6. PILANG (ACACIA LEUCHOPHLOLEA)
7.  PHUSU BATU MICRO (CELTIS CINNENSIS)      BAHAN IMPORT
8. JERUK KINGKIT (TRIPHASIA TRIFOLLIA)
9. KAPASAN/PACAR LAUT (CERODENDRUM
    MERME)

10. LOROPETALUM/CHINNESE FRINGE 
      FLOWER (LOROPETALUM CHIENENSE)
11. ASAM BELANDA VARIEGATA
      (PITHECELOBIUM DEULCE VAR.)
12. ANTING PUTRI/SUEI MEI
      (WRIGHTIA RELIGIOSA)
13. BERINGIN KOREA DAUN BULAT
      (FICUS LONGISLAND)
14. ILENG ILENG
      (PHYLANTHUS RETICULATUS)
15. ILENG ILENG SP.
      (PHYLANTHUS RETICULATUS POIR SP.)
16. SANTIGI ( PHEMPIS ACIDULLA )
17. JAMBLANG/JUWET/DUWET
      (SYZIGIUM CUMMINI)
18. JERUK JARI JARI AUSTRALIA/
      AUSTRALIAN BLOOD LIME
     (CITRUS AUSTRALATICA VAR.
     SANGUINEA)
19. KALIANDRA MERAH
    (CALLIANDRA CALLOTHYRSUS MEISSEN)
20. BUNUT (FICUS GLAUCCA)
21. SERUT (STREBLUS ASPER)
22. LOA (FICUS RACEMOSA)
23. PUSAKA (TIMONIUS SP.)
       Demikian penjelasan tentang bahan bonsai recommended edisi kedua, semoga bermanfaat. (Sriady Faisal)
Sumber:
 Syamsul Muarief dkk. 10 Mei 2018.

Minggu, 29 April 2018

PENGENALAN JENIS BAHAN BONSAI EDISI PERTAMA

    Pengenalan jenis bahan bonsai merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal tersebut karena sangat berkaitan dengan teknik pemilihan bahan yang prospek dan layak kontes. "Bonsai bukanlah sebuah produk suka-suka melainkan produk seni yang qualified dan  layak kontes". 
   Untuk lebih mengenal berbagai bahan bonsai, berikut ini disajikan panduan yang dikutip dari penjelasan beberapa Narasumber  sebagai berikut:
1. BERINGIN TAIWAN/ KIMENG/ CHINEESE
    BANYAN TREE (FICUS MICROCHARPHA)
2. HOKIANTEA BUAH/ TEH HOKIAN/ 
    FUKIANTEA (CARMONNA RELLUSA)

3. DELIMA BATU(PUNNICA GRANNATUM)
4. ASAM SARAF(SABINEA SP.)
5. PHUSU BATU #IMPORT (CELTIS
    CINNENSIS)

6. WAHONG GUNUNG/ THE STINGKY LADY/
    BUAS BUAS(PREMMNA SERRATIFOLIA)

7. MURBEI(MORUS ALBA)

8. KAWISTA BATU (FERRONIA GIANT
    ELEPHANTUM)

9. KAWISTA KERIKIL (FERRONIA LUCIDA)

10. ASAM THAILAND/SWEET TAMMARIND
      (TAMMARINDUS /TAMMARINNA INDICA
      LAKHAM)

11. BIDARA(ZIZIPHUS MAURITIANA)

12. ZAITUN(OLEA EUROPAEA)

13. BLACK OLIVE/ZAITUN HITAM(BUCIDA
      SPINOSA)

14. AMPELAS/ REMPELAS /PAPER FIG
      TREE(FICUS AMPELAS)

15. LOHANSUNG (PODOCARPUS
      MICROPHYLLA)

16. ARABICA/ KLAMPIS HITAM/ IRENG
      (ACACIA SP.)

17. KALIAGE
       (NOT AVAILABLE)

18. SISIR DAUN BULAT (CHUDRANIA
      CHOCHINCHINENSIS SP.)

19. GULO GUMANTUNG (FLACOURTIA
      INDICA BURM MERR F.)

20. GULO GUMANTUNG DAUN LANCIP
      (VANGUERIA SPINOSOSA

21. SANCANG(PREMMNA MICROPHYLLA)

22. SIANCHI /CHERRY BARBADOS
      (MALPHIGHIA EMARGINATA)

23. PINUS (PINUS MERKUSII)

24. JAPANEESE BLACK PINE/PINUS HITAM
      JEPANG(PINUS THUNBERGHI)

25. RUKAM BUAH KECIL (FLACOURTIA
      INDICA)

26. LOBI LOBI(FLACOURTIA INNERMIS)

27. GULO GUMANTUNG (VANGUERIA
      APICULLATA K. SCHUMM)

28. PUNG/RIPUNG(ACACIA FARNENSIANA)

29. PILANG(ACACIA LEUCHOPHLOLEA)

30. MUSTAM(DYOSPHYROS MONTANA)

31. PHUSU BATU(CELTIS CINNENSIS)

32. TRENGGULUN (PROTTIUM JAVANICUM)

33. MELATI COSTA (BRUNFELSIA
      UNIFLORA)

34. CEMARA SINENSIS (JUNIPERRUS
      CINNENSIS)

35. CEMARA SINENSIS ITHOIGAWA
      (JUNIPERRUS CINNENSIS ITHOIGAWA)

     Demikian artikel pengenalan jenis bahan bonsai edisi 1, dan akan bersambung pada edisi selanjutnya. Semoga bermanfaat.
Penulis (SF)
Sumber: Syamsul Muarief. 2018. 
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarokatu. Selamat Datang di Blog SRIADY FAISAL, Ingat beri komentar, Terima kasih