Gaya
Belajar
Gaya
belajar adalah cara yang cenderung terus-menerus dipakai siswa dalam
mempelajari suatu materi pelajaran. Perbedaan gaya belajar siswa dipengaruhi
oleh cara berpikir yang biasanya dipakai atau sering diistilahkan sebagai gaya
kognitif. Menurut Zhang dan Sternberg (dalam Seifert & Sutton, 2009) gaya
kognitif adalah cara yang terus-menerus digunakan siswa dalam mempersepsi,
mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Guilford
(dalam Sternberg, 1997) memperkenalkan model struktur intelektual yang
membedakan cara bekerjanya (operasi) pikiran menjadi dua tipe berpikir
konvergen (convergent thinking) dan berpikir divergen (divergent
thinking). Individu yang berpikir secara konvergen berarti berpikir
mengkerucut, sehingga umumnya berpandangan bahwa penyelesaian diperoleh melalui
cara berpikir prosedural atau struktural. Sementara itu, berpikir divergen
berarti membuka pikiran untuk berbagai kemungkinan termasuk penyelesaian
yang tidak terpikirkan oleh orang lain pada umumnya. Berpikir divergen setara
dengan berpikir kreatif.
Witkin
(dalam dalam Seifert & Sutton, 2009) merupakan tokoh yang memperkenalkan
konsep gaya kognitif. Ia membagi kecenderungan berpikir menjadi dua bentuk gaya
kognitif yaitu bebas dari konteks (field independence atau FID) dan
terikat dengan konteks (field dependence atau FD). Kecenderungan
berpikir dengan gaya FID ditinjau dari sejauhmana seseorang berpikir karena
stimulus internal. Gaya berpikir FD cenderung dipengaruhi oleh stimulus
eksternal. Siswa dengan FD lebih suka belajar dalam kelompok. Sementara itu,
siswa FID lebih menyukai belajar sendiri.
Gaya
belajar juga dipengaruhi oleh modalitas perseptual yaitu reaksi khas individual
dalam mengadopsi data secara efisien yang dipengaruhi oleh faktor biologis, dan
lingkungan fisik. Ada empat gaya belajar ditinjau dari modalitas perseptual:
a. Visual
learners are learning through seeing. Siswa dengan gaya ini membutuhkan
melihat langsung bahasa tubuh guru, ekspresi wajah, untuk dapat memahami
sepenuhnya isi pelajaran. Mereka cenderung duduk di deretan depan untuk
menghindari penghalang pandangan mata (misalnya kepala teman-temannya). Mereka
cenderung berpikir dalam bentuk piktorial dan mempelajari sesuatu paling
efektif dari tampilan visual seperti diagram, buku yang berilustrasi,
transparensi (slides), video, flipcharts, dan handouts. Selama
pelajaran tau diskusi kelas berlangsung, mereka lebih suka mencatat untuk
menyerap informasi.
b. Auditory
learners are learning through listening. Mereka paling mudah menangkap
informasi melalui pembicaraan, ceramah, diskusi, mengungkapkan sesuatu, dan
mendengar apa yang orang lain katakan. Siswa dengan modalitas auditori
menginterpretasi (menafsirkan) arti pembicaraan dengan mendengarkan suara,
nada, kecepatan, dan intonasi. Informasi tertulis hanya sedikit berpengaruh,
tetapi akan sangat berpengaruh jika dibacakan atau dijelaskan. Siswa seperti
ini sangat terbantu dengan metode membaca keras (reading aloud) dan menyetel
tape recorder.
c. Tactile
or kinesthetic learners are learning by moving, doing, and touching. Siswa
dengan modalitas perasa, peraba, dan kinestetik paling efektif menyerap
informasi melalui menyentuh dengan tangan, merasakan melalui indera pencecap,
mencium aroma, melakukan gerakan-gerakan, unjuk kerja, dan aktif mengeksplorasi
lingkungan. Mereka kesulitan jika harus duduk berlama-lama dan mudah pecah
konsentrasinya karena keinginan untuk aktif bergerak dan mengeksplorasi. Pada bagian
ini, modalitasnya juga dikenal dengan sebutan kinestetik, olfaktori
(penciuman), dan gustatif (perasa).
Pemrosesan
informasi di otak terjadi dengan cara berbeda dalam aktivitas merasakan,
memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Masing-masing individu
lebih menyukai cara tertentu, yang dipakai terus-menerus, cara mempersepsi,
mengorganisir, dan memelihara informasi. Misalnya, belajar melalui workshop,
praktikum, atau metode informal lainnya mungkin lebih cocok bagi orang tertentu.
Kadangkala, orang merasa kurang bisa menyerap pelajaran, padahal masalahnya
bukan karena kesulitan memahami pelajaran namun karena ia kurang mengenali gaya
belajarnya yang paling sesuai untuk dirinya sendiri.
Selain
modalitas perseptual, kepribadian seseorang juga mempengaruhi cara belajarnya.
Aspek-aspek kepribadian yang perlu diperhatikan terkait dengan gaya belajar
adalah bagaimana fokus atau perhatian, kondisi emosionalitas, dan nilai-nilai
yang diyakini siswa. Dengan memahami ketiga aspek kepribadian ini, maka kita
dapat memprediksi bagaimana reaksi dan apa yang dirasakan siswa terhadap
situasi yang berbeda-beda.
Fokus
atau perhatian siswa dapat dipahami sebagai minat (interest).
Masing-masing siswa memiliki ragam minat dan derajat yang berbeda-beda dalam
berbagai bidang. Ruang lingkup minat fokus atau perhatian adalah segala sesuatu
yang dapat menarik minat siswa. Pada masa sekarang ini, apa saja bisa menjadi
hobi (kesukaan) anak baik berupa kesenangan terhadap suatu aktivitas, benda,
atau situasi. Ada siswa yang sangat tertarik dengan membaca komik, bermain
games, berolah raga, musik, tari, modeling, film, belanja, menghafal Al Qur’an,
membaca buku, otak-atik komputer, otak-atik mesin, berjualan, memasak,
menjahit, desain, dan sebagainya. Seorang guru perlu memahami apa saja minat
atau hobi siswa. Pemahaman ini dapat digunakan untuk menata kegiatan kelas,
ekstrakurikuler, dan strategi belajar yang tepat untuk siswa. Misalnya saja
pelajaran menghafal surat-surat pendek dapat dilakukan dengan strategi merekam
suara atau mem-film-kan penampilan setiap anak. Jadi dengan mendekatkan antara
beragam minat siswa dengan materi pelajaran, maka ketertarikan terhadap
aktivitas yang disukai tersebut dapat digeneralisir siswa sebagai ketertarikan
pada pelajaran sekolah.
Emosionalitas
siswa merupakan bagian penting yang perlu dikenali guru, sebab aktivitas
berpikir seseorang tidak terpisah dari emosi. Setidaknya ada dua unsur
emosionalitas yang perlu diperhatikan yaitu mood (suasana hati) dan
emosionalitas secara umum. Suasana hati adalah kondisi emosionalitas yang dapat
berubah sewaktu-waktu. Suasana hati bersifat temporer atau sementara. Misalnya
saat udara panas, belum sarapan, dan tugas sekolah banyak yang harus
dikerjakan, maka suasana hati para siswa cenderung negatif.
Sementara
emosionalitas secara umum merujuk pada emosi siswa yang diekspresikan secara
lebih persisten. Ada siswa yang lebih menyimpan perasaan, tenang, hati-hati,
dan pendiam (reserved). Ada pula yang lebih ekspresif atau spontan
(loose or movable). Dengan kemampuan memahami minat siswa, kita bisa memancing
siswa yang pendiam
menjadi lebih aktif dalam aktivitas belajar. Apabila guru mengetahui minat
siswa yang ekspresif, maka mereka dapat lebih berkonsentrasi belajar. Untuk itu
guru perlu berlatih memperhatikan suasana hati dan kecenderungan emosionalitas
siswa.
Nilai
atau value adalah sesuatu yang dianggap penting atau berharga bagi
seseorang. Dalam filsafat dikenal ada tiga jenis tolok ukur nilai yaitu logika,
moral, dan estetika. Nilai logika hanya mengenal benar atau salah ditinjau dari
penalaran. Nilai moral menimbang baik atau buruknya sesuatu bagi kepentingan
diri dan masyarakat. Sementara estetika menekankan indah atau tidaknya sesuatu.
Keyakinan terhadap suatu nilai tertentu dipengaruhi oleh adat istiadat dan
religiusitas seseorang. Seseorang yang tinggal dalam komunitas yang menjunjung
tinggi adat istiadat ataupun menjunjung tinggi keyakinan agama, maka akan
cenderung mengadopsi nilai-nilai moral yang lebih kuat. Tindak-tanduknya
cenderung merujuk pada petunjuk adat atau ajaran agama yang diyakini.
Singkatnya apa yang dianggap oleh seseorang sebagai hal yang penting akan
berpengaruh terhadap bagaimana merespon termasuk dalam gaya belajarnya.
Peran
guru adalah mengenali apa nilai yang dipandang paling penting bagi siswa dan
menggunakannya untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Lebih bagus lagi
apabila guru mampu mengungkapkan nilai apa yang dapat diambil dari setiap
pelajaran yang diberikan bagi siswa.
Untuk
mengenali kepribadian siswa, guru perlu mengamati, bergaul, dan bertanya pada
mereka. Catatan penting dalam aspek ini adalah guru semestinya mau menerima,
mendengar, dan menghargai apa yang menjadi minat, hal yang dirasakan, dan apa
yang dipandang penting oleh para siswa.
Kecerdasan
Majemuk
Wechsler
(dalam Flanagan, 1997) menyatakan bahwa, “Intelligence is the aggregate
(collective) or global capacity of the individual to act purposefully, to think
rationally, and to deal effectively with his environment”. Feldman (2009)
yang sangat dipengaruhi oleh definisi Wechsler menyatakan bahwa, “Intelligence
is the capacity to understand the world, think rationally, and use resources
effectively when faced with challenges.”
Seiring
dengan perkembangan zaman, konsep inteligensi berkembang hingga Howard Gardner
(dalam Seifert & Sutton, 2009) mengemukakan delapan jenis kecerdasan.
Akhir-akhir ini ditambahkan satu kecerdasan lagi sehingga total menjadi
sembilan. Kesembilan kecerdasan dapat disingkat menjadi SLIM N BILE yaitu:
a. Spatial
intelligence atau kecerdasan spasial yaitu kemampuan membayangkan dan
memanipulasi objek yang terdapat di lingkungan. Aktivitas yang menunjukkan
kecerdasan spasial antara lain menata objek yang ada di lingkungan,
menyelesaikan jigsaw
atau puzzle, dan merakit mesin benda yang kompleks misalnya sepeda, robot, dan
sebagainya.
b. Linguistic
intelligence atau kecerdasan bahasa yaitu kemampuan untuk menggunakan
bahasa dengan baik. Aktivitas yang menggambarkan kemampuan linguistik antara
lain persuasi verbal dan menulis paper dengan sangat terampil.
c. Intrapersonal
intelligence atau kecerdasan intrapersonal yaitu sensitivitas seseorang
terhadap pikiran dan perasaannya sendiri. Aktivitas yang menunjukkan kecerdasan
intrapersonal adalah memperhatikan perasaan yang bercampur aduk dalam diri
seseorang dan menandai motif yang sebenarnya dari dalam diri seseorang.
d. Musical
intelligence atau kecerdasan musik yaitu kemampuan menciptakan dan memahami
musik. Aktivitas yang terkait adalah menyanyi, memainkan instrumen musik, dan
menciptakan komposisi nada.
e. Naturalist
intelligence atau kecerdasan naturalis yaitu sensitivitas terhadap
perbedaan karakteristik dan pola lingkungan alam. Aktivitas yang terkait dengan
kecerdasan naturalis adalah menandai contoh spesies tanaman atau binatang,
memperhatikan hubungan antar spesies, dan proses-proses alamiah di dalam
lingkungan.
f. Bodily-kinesthetic
intelligence atau kecerdasan tubuh-gerak tubuh yaitu keseimbangan tubuh
yang baik, koordinasi tubuh yang baik ketika menari atau senam.
g. Interpersonal
intelligence atau kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk membedakan
perasaan dan pikiran orang lain melalui petunjuk nonverbal, merasakan perasaan
orang lain, dan menangkap pesan yang terselip atau implisit dari pernyataan
eksplisit orang lain.
h. Logical-mathematical
intelligence atau kecerdasaan logika-matematis yaitu ketrampilan berpikir
logis, memberikan alasan, menggunakan matematika, memecahkan soal matematika
dengan gampang akurat, dan mengembangkan serta menguji hipotesis.
i. Existential
intelligence atau kecerdasan eksistensial yaitu sensitivitas seseorang
terhadap pertanyaan mendasar mengenai siapa dan apa tujuan hidupnya di dunia.
Aktivitas yang terkait dengan kecerdasan eksistensial adalah merenungkan Sang
Pencipta dan semua ciptaannya.
Konsep
kecerdasan majemuk di atas dapat digunakan oleh guru untuk memahami
kecenderungan siswa dalam belajar. Selanjutnya guru dapat mengubah atau
memodifikasi metode pembelajaran berdasarkan ragam kecerdasan siswa. Guru pun
dapat mendorong siswa mengenali kecenderungan kecerdasannya, dan mengajari
mereka untuk menggunakan gaya belajar yang sesuai . Misalnya dalam pelajaran
bahasa, siswa yang dominan kecerdasan interpersonalnya dapat didorong berlatih berpasang-pasangan
dengan teman. Sementara siswa dengan kecerdasan intrapersonal didorong untuk
tampil tunggal.
Bakat
Tujuan
pendidikan pada dasarnya menyediakan lingkungan yang dapat memupuk potensi
peserta didik. Tugas para pendidik adalah melakukan upaya untuk mengenali dan
mengembangkan bakat para peserta didik. Untuk itu, maka calon pendidik perlu
mendapatkan bekal mengenai konsep keberbakatan ini.
Potensi
yang dimaksud meliputi potensi yang bersifat umum dan potensi yang bersifat
khusus. Potensi umum mengacu pada kecerdasan, sementara itu potensi khusus
merujuk pada keberbakatan. Sebelumnya, para ahli menganggap keberbakatan
meliputi intelektualitas yang melebihi rata-rata. Contohnya, Terman (dalam
Munandar, 1999) yang menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk
mengidentifikasi anak berbakat yaitu skor tes kecerdasan 140. Namun, kemudian
para ahli menyadari bahwa kemampuan yang bersifat nonintelektual pun merupakan
dimensi lain dari bakat.
Pengertian
anak berbakat yang disepakati oleh para ahli di Indonesia (dalam Munandar,
1999) adalah anak-anak yang oleh para ahli professional ditengarai sebagai anak
yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan
unggul. Kemampuan unggul tersebut dapat berupa potensi yang bersifat laten
maupun yang telah diperlihatkan yaitu kemampuan intelektual umum, kemampuan
akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif produktif, kemampuan memimpin,
kemampuan dalam satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor.
Menurut
Seifert dan Sutton (2009) kualitas siswa yang berbakat dalam bidang akademik
adalah mereka menunjukkan salah satu atau beberapa kondisi berikut:
1. Siswa berbakat
cepat memahami sesuatu dan mandiri dibanding teman sebayanya.
2. Mereka
memiliki kosa kata yang sangat pesat perkembangannya, juga lebih cepat membaca
dan menulis.
3. Mereka sangat
termotivasi, khususnya dalam tugas-tugas yang menantang dan sulit.
4. Mereka
menetapkan standar prestasi yang lebih tinggi dari umumnya siswa.
Siswa
dengan bakat akademik sangat diuntungkan dengan model pendidikan konvensional,
dengan catatan kemampuan unggul mereka dapat dihargai dan diberi kesempatan
mengembangkan intelektualitasnya. Sekolah-sekolah tertentu telah memiliki
program-program khusus untuk memperkaya bakat akademik siswa. Akselerasi adalah
salah satu program yang memungkinkan siswa melompati kelas (skipping grade)
atau guru mendesain ulang kurikulum dalam kelas tertentu sehingga materi
pelajaran dapat diselesaikan lebih cepat
Sementara
itu, hal berbeda dialami oleh siswa yang berbakat dalam bidang lain, dan kurang
berbakat dalam bidang akademik. Untuk memperpendek gap antara bakat dalam
bidang lain dengan tuntutan sekolah, maka guru perlu bersikap menerima dan
menghargai ragam bakat siswa. Akan lebih baik lagi jika guru dapat mendorong
agar mereka menyesuaikan cara belajar dengan minat dan bakat yang mereka
miliki. Selain itu, guru perlu bersikap lebih bijak dalam menetapkan target
prestasi pada mereka.
Perbedaan
Jender
Meskipun
tampaknya sederhana, perbedaan jender perlu dipahami oleh guru agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Murid laki-laki memiliki
karakteristik yang berbeda dengan murid perempuan. Misalnya, cara berpikir
siswa laki-laki berbeda dengan murid perempuan. Namun, tidak menutup
kemungkinan karakteristik jender dapat dipertukarkan. Perbedaan mereka tampak
dari kekuatan fisik, perkembangan psikoseksual, minat belajar pada bidang
berlainan, ketekunan, ketelitian, kecenderungan metode pembelajaran yang lebih
sesuai untuk masing-masing jenis kelamin, dan seterusnya. Ada kemungkinan murid
perempuan sangat berminat dalam bidang olah raga, sedangkan murid laki-laki
sangat menyukai pelajaran tata boga. Seorang guru perlu mengenali keunggulan
siswa tanpa harus melakukan stereotip jender.
Daftar
Pustaka
Munandar,
U. (1999). Pengembangan kreativitas anak berb akat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Seifert,
K., & Sutton, R. (2009). Educational psychology. Zurich,
Switzerland: The Global Text Project.
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
BalasHapusSITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!