Metode Kerja Kelompok
Metode Kerja Kelompok
Istilah
kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas
dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok
yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk
mencapai tujuan bersama. Kerja kelompok memberikan siswa peluang lebih besar untuk berbicara.
Dalam
konsep ini manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
bekerja. Pengajaran interaktif ini menekankan interaksi dua pihak atau
multi pihak. Dalam proses belajarnya interaksi ini terjadi melalui
kelompok kerja yang dibentuk. Guru berperan menciptakan kelompok yang
akan mendukung interaksi positif bagi siswa. Dalam pengajaran interaktif
menekankan pada isi dan proses pendidikan secara sekaligus. Isi
pendidikan terdiri dari masalah nyata yang aktual. Sedangkan proses
berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan
interaksi siswa.
Pengajaran interaktif pada dasarnya berkaitan erat dengan teori dan
proses komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan
berbagi informasi untuk mencapai pengertian atau tujuan satu sama lain.
Melalui kerja kelompok, siswa dirangsang untuk mampu berkomunikasi,
dengan kata lain mampu menyebarluaskan gagasan, ide, karya sebagai
sebuah produk inovasi. Kaitannya dengan pengajaran bahasa adalah siswa
dirangsang untuk mengasah kemampuan berbahasa, dan mampu menciptakan
iklim kreatifitas bagi dirinya sendiri.
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Lawrence Kincaid (1979 : 60-66) ia mengembangkan model komunikasi konvergen (convergence communication models), yang bercirikan adanya beberapa komponen utama yaitu : informasi (information), ketidakmenentuan (uncertainty), konvergen (convergence), saling pengertian (mutual understanding), saling menyetujui (mutual agreement), kegiatan bersama (colective action), dan hubungan jalinan (network relationship). Komunikasi adalah suatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam kebanyakan pengajaran tradisional, guru menjadi pusat dalam
pembelajaran, hal ini sangat memungkinkan kesenjangan informasi yang
siswa dapatkan. Selain itu, beberapa kelemahan mudah ditemukan dalam
proses pembelajaran seperti ini. Salah satu diantaranya adalah kemampuan
berkomunikasi siswa akan terhambat karena sempitnya ruang gerak siswa
dalam mengeluarkan gagasan atau karyanya.
Brown menawarkan sebuah konsep pembelajaran yang akan mampu membantu
siswa untuk berani mengasah kemampuannya dalam mengeluarkan gagasan atau
karyanya. Melalui pengajaran interaktif melalui kerja kelompok, Brown
menawarkan beberapa keuntungan, salah satunya adalah melalui kkelompok
kerja pengembangan kemampuan berbahasa siswa akan lebih terasah, karena
siswa diberikan ruang gerak yang lebih bebas.
Keuntungan selanjutnya adalah rasa nyaman yang dirasakan siswa ketika
mereka mencoba untuk berinteraksi dengan siswa lainnya. Siswa akan
merasakan hal yang demikian karena mereka tidak akan merasa sungkan
untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya dibandingkan dengan gurunya
sendiri.
Keuntungan selanjutnya adalah peningkatan motivasi belajar siswa.
Dengan adanya rasa nyaman ketika mereka belajar secara otomatis akan
mempengaruhi motivasi belajar mereka. Selain peningkatan motivasi,
tanggung jawab siswapun akan ikut terangkat, karena ketika mereka
mengeluarkan gagasan maka mengharuskan siswa tersebut untuk mampu
mempertahankan gagasanya tersebut.
Pengajaran interaktif melalui kelompok kerja juga memberikan satu
keuntungan khusus yaitu menampung perbedaan individu siswa kemudian
mengolahnya menjadi satu kesatuan utuh untuk mencapai tujuan. Melalui
pengajaran interaktif guru dapat mengenali dan memanfaatkan perbedaan
individu melalui seleksi cermat kelompok kecil dan pemberian tugas yang
berbeda kepada kelompok-kelompok besar. Dengan demikian, perbedaan
kemampuan individu tersebut mampu tereliminir oleh anggota kelompok yang
lain.
Dengan beragam keuntungan yang telah ditawarkan bukan berarti akan
mudah bagi guru untuk menerapkannya dalam pengajaran di kelas. Hal ini
diakibatkan karena mereka merasa akan kehilangan kendali atau siswa
hanya akan menggunakan bahasa ibu mereka ketika proses interaksi dalam
kelompok.
Kerja kelompok bukan berarti tanpa kelemahan atau keterbatasan.
Beberapa kekhawatiran itu dapat difahami, tetapi sebenarnya kelemahan
itu dapat diatasi ketika kerja kelompok digunakan dengan tepat serta
tujuan yang jelas. Masalah pertama adalah guru tidak dapat mengendalikan
kelas. Tak dapat dipungkiri dalam kegiatan kerja kelompok guru tetap
harus berperan aktif, tetapi bukan kembali menjadi sumber dalam
pembelajaran, namun menjadi fasilitator atau jembatan bagi siswa dalam
proses pencapaian tujuan belajarnya. Hal ini sangat dimungkinkan ketika
guru mampu ikut mengandalikan kinerja kelompok yang dibangunnya salam
kelas.
Masalah selanjutnya adalah ketika proses interaksi dalam kelompok siswa
menggunakan bahasa ibu mereka. Jawaban dari masalah ini kembali kepada
peran guru tersebut, guru harus pintar menempatkan siswa dalam kelompok
yang heterogen, sehingga memungkinkan siswa akan menggunakan bahasa
pemersatu.
Timbul kekhawatiran yang muncul ketika menerapkan kelompok kerja yaitu
kesalahan siswa akan diperkuat dalam kelompok kecil. Kekhawatiran ini
sebenarnya kurang beralasan karena sebenarnya kelompok tersebut justru
akan mampu berbagi informasi yang tepat dengan anggota kelompok yang
lain sehingga seandainya ada kesalahan yang muncul salah satu diantara
anggota kelompok pasti akan mencoba membenahinya, kemudian apabila
kesalahan-kesalahan tersebut berulang maka peran guru sebagai
fasilitator akan sangat dibutuhkan dalam proses ini.
Ada kecenderungan siswa lebih suka bekerja sendirian. Hal ini memang
sangat dimungkinkan dalam sebuah kelompok yang heterogen, terutama siswa
usia dewasa. Guru harus peka terhadap hal ini. Guru harus bisa membantu
siswa untuk melihat bahwa belajar bahasa tidak cukup bermain dengan
kata-kata, tetapi mampu berkomunikasi dengan tepat, semakin sering siswa
terlibat dalam komunikasi langsung maka kemampuan komunikasinyapun akan
ikut terangkat.
Kelemahan kerja kelompok berikutnya menurut Syaiful Sagala (2010:216)
terbagi menjadi dua, yaitu, segi penyusunan kelompok, dan segi kerja
kelompok. Dilihat dari segi penyusunan kelompok, kelemahan pertama yang
akan ditemukan adalah sulitnya guru membuat kelompok yang homogen, baik
intelegensi, bakat, minat, atau daerah tempat tinggal. Kelemahan
selanjutnya adalah murid-murid yang dianggap oleh guru telah homogen
sering merasa tidak cocok dengan anggota kelompoknya. Kelemahan terakhir
dari segi penyusunan kelompok adalah pengetahuan guru tentang
penyusunan kelompok itu kadang-kadang kurang mumpuni sehingga
mengakibatkan kelompok yang dibentuk tidak akan mampu menghasilkan
tujuan belajar yang optimal.
Kerja kelompok masih memiliki kelemahan yang lain. Dilihat dari segi
kerja kelompok, kelemahan pertama adalah pemimpin kelompok kadang-kadang
sukar untuk memberikan pengertian kepada anggotanya, sulit untuk
menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja. Kelemahan selanjutnya adalah
kadang-kadang anggota tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh
pemimpin kelompok. Kelemahan terakhir adalah dalam belajar bersama
kadang-kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang
berlarut-larut.
Kelemahan-kelemahan yang melekat dan akan ditemui dalam metode ini,
bukan berarti tanpa solusi. Langkah-langkah untuk mengatasinya menurut,
Syaiful (2010:217) antara lain adalah : (1) guru haruslah berusaha
memperoleh pengetahuan yang luas dalam hal cara menyusun kelompok, baik
melalui buku ataupun bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman;
(2) kumpulan data yang lengkap tentang siswa untuk menunjang tugas-tugas
guru; (3) adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas yang
bersangkutan untuk mengetahui keadaan murid; (4) bimbingan terhadap
kelompok harus dilakukan secara terus menerus; (5) usahakan agar jumlah
kelompok itu tidak terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu
berganti-ganti; dan (6) dalam memberikan motivasi haruslah menuju
kompetisi yang sehat.
Berbagai keuntungan yang ditawarkan sebelumnya belum tentu mampu
direalisasikan apabila pada penerapannya di kelas guru tidak mampu
merencanakan dengan hati-hati, melaksanakan dengan penuh ketelitian,
mengawasi, dan menindaklanjuti dalam beberapa cara yang cermat.
Untuk mampu mencapai keberhasilan dalam kerja kelompok dibutuhkan
sebuah perencanaan yang matang. Setelah guru memilih jenis yang sesuai,
guru juga harus mengikuti beberapa aturan teknik kelompok. Hal ini
dimaksudkan agar dalam proses kerja kelompok siswa merasa nyaman serta
mampu mengikuti alur pengajaran sesuai dengan tujuan yang diaharapkan.
Setelah siswa dibagi dalam beberapa kelompok, guru harus mampu
memerapkan tugas atau teknik yang sesuai bagi kelompok dan kedalaman
materi yang direncanakan. Guru tidak mungkin menerapkan teknik bermain
peran bagi materi penulisan puisi. Kembali peran guru sebagai manager
dalam pengajaran ini sangat penting, dia harus pintar memilih teknik
yang sesuai untuk diterapkan.
Dalam proses kerja kelompok guru tidak bisa melepaskan begitu saja
siswanya. Guru harus tetap menjadi fasilitator bagi siswanya, begitu
juga dengan tugas yang diberikan. Setelah pemberian tugas bukan berarti
tugas guru selesai, melainkan tetap berjalan hingga tujuan yang
diharapkan mampu tercapai. Ketika proses penyelesaian tugas, siswa pasti
dihadapkan dengan beberapa masalah serta kesalahan. Masalah dan
kesalahan tersebut sepenuhnya menjadi tugas guru untuk mengatasinya,
mengatasi bukan dalam arti memberikan jawabannya, tetapi membimbing
siswa agar mampu memecahkannya bersama kelompok kerjanya.
Simpulan
Pengajaran
bahasa interaktif merupakan sebuah terobosan dalam pengajaran bahasa.
Selama ini siswa hanya disuguhi kegiatan ceramah oleh guru dalam kelas.
Efek dari kegiatan tersebut adalah tidak merangsang kemampuan
berkomunikasi siswa tersebut. Brown menawarkan sebuah pengajaran
interaksi bahasa melalui kerja kelompok.
Interaksi
yang komunikatif ini merupakan kegiatan untuk mencapai kompetensi siswa
dalam suasana yang kooperatif, interpretatif, dan saling berbagi cara
pengungkapan. Kelas yang para anggotanya dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dengan baik akan berfungsi sebagai forum komunikasi.
Tentunya forum komunikasi yang di dalamnya terdapat aktivitas dari
segala kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan
berbahasa.
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa dalam suatu kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil maupun kelompok besar.
Pengelompokan ini didasarkan pada prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
Melalui kerja kelompok ruang gerak siswa akan semakin terbuka lebar,
sehingga memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi mereka.
Dalam kebanyakan pengajaran tradisional guru berperan sebagai pusat
dalam pembelajaran, hal ini berbanding terbalik dengan pengajaran
interaktif, karena guru tidak menjadi pusat melainkan sebagai
fasilitator bagi siswanya.
Banyak keuntungan yang ditawarkan dalam pengajaran interaktif, namun
bukan berarti tidak memberikan celah kelemahan. Beberapa kelemahan
tersebut akan mampu diatasi oleh guru selama ia mampu cermat dan teliti
dalam pengajarannya. Bagaimana ia merencanakan dengan cermat,
melaksanakan dengan teliti, mengawasi, dan mengevaluasi dengan tepat
merupakan rangkaian proses yang tidak boleh terputus ketika guru
melaksanakan kegiatan kerja kelompok siswanya di kelas.
Daftar Rujukan
Brown.H.Douglas.1994.Teaching by Principle:an Interactive Approach to Language Pedagogy. London:Prentice Hall.
Brown.H.Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Hermawan, Asep., Darmawan, Deni., Supriadie, Didi., dan Wahyudin, Dinn. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press (halaman 61-62).
Mahsun, M S.2007. Metode Penelitian Bahasa:tahapan strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim M. 2002. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.http://wwwrickysukandar.blogspot.com/2011/03/metode-kerja-kelompok-istilah-kerja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar