Secara ringkas pendekatan mengajar konstruktivis dapat
diungkapkan dalam beberapa sikap dan praktek berikut (Paul Suparno, 2001: 12-
14):
Sebelum guru mengajar:
- Guru mempersiapkan bahan yang mau diajarkan dengan seksama. Dia mempelajari bahan itu secara mendalam dan juga latar belakang histories dan beberapa teknologi yang terkait.
- Guru mempersiapkan alat-alat peraga praktikan permainan yang akan digunakan agar pembelajaran lancar.
- Guru mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar persoalan konkrit dari hidup sehari-hari dapat digunakan untuk merangsang siswa berpikir.
- Guru sebaiknya mendalami keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa sehingga dapat mengajar lewat keadaan siswa dan dapat membantu siswa lebih cepat.
- Guru perlu mempelajari kemampuan awal siswa. Lewat pengetahuan awal ini dia akan membantu siswa mengembangkan pengertiannya.
Sikap Guru Selama proses pembelajaran:
- Guru mengajak siswa aktif belajar.
- Siswa dipacu bertanya.
- Guru menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka. Dengan demikian siswa lebih yakin akan pengetahuannya.
- Guru mengikuti pikiran dan gagasan siswa.
- Guru perlu menggunakan bervariasi metode pembelajaran seperti studi kelompok, studi di luar kelas, di luar sekolah dengan simulasi. eksperimen, permainan, alat peraga, komputer dan lain-lain. Dengan berbagai metode ini siswa dapat dibantu menurut inteligensi mereka.
- Kunjungan ke tempat pengembangan matematika dan pusat matematika.
- Guru tidak boleh mencerca siswa yang berpendapat salah atau lain, sebaliknya pendapat mereka perlu diperhatikan.
- Guru harus menerima jawaban alternatif dari siswa
- Kesalahan konsep siswa ditunjukkan dengan arif dan bukan dengan dicela.
- Guru menyediakan data yang berlawanan dengan gagasan siswa untuk menantang siswa berpikir.
- Siswa diberi kesempatan berpikir dan merumuskan gagasan mereka, tanpa harus dikejar-kejar waktu
- Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya sehingga guru mengerti apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak.
- Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan caranya dalam belajar dan menemukan sesuatu.
- Guru perlu mengadakan evaluasi yang terus menerus dan menyertakan proses belajar dalam evaluasi itu.
Sesudah proses
pembelajaran:
- Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) dan mengumpulkan serta mengoreksinya. Tanpa dikoreksi PR tidak banyak gunanya, karena siswa yang keliru akan tetap keliru bila tidak ditunjukkan dimana ia keliru.
- Guru perlu sering memberikan tugas lain untuk pendalaman materi.
- Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan perlu dikembangkan guru.
Sikap yang perlu dipunyai guru:
- Siswa dianggap bukan tabula rasa, tetapi subyek yang sudah tahu sesuatu
- Model kelas: siswa aktif, guru menyertai.
- Bila ditanya siswa dan tidak dapat menjawab, guru tidak usah marah dan mencerca siswa. Lebih baik mengakuinya dan mencoba mencari bersama dari sumber lain.
- Menyediakan ruang tanya jawab dan diskusi.
- Guru dan siswa saling belajar. Banyak informasi untuk sumber belajar selain guru maka mereka perlu saling belajar dan mengembangkan.
- Dalam mengajar yang penting bukan bahan selesai tetapi siswa belajar untuk belajar sendiri.
- Guru perlu memberikan ruang untuk boleh salah bagi siswanya. Siswa masih dalam proses belajar, maka mereka boleh membuat kesalahan. Dari kesalahan itu siswa dapat dibantu berkembang.
- Hubungan guru-siswa dialogis, saling dialog dan kerjasama dalam mendalami pengetahuan.
- Guru harus mengembangkan pengetahuan yang luas dan mendalam.
- Guru harus mengerti konteks bahan yang mau diajarkan, sehingga dapat menjelaskan secara kontekstual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar